Tulisan Mengikuti Cursor di Blog

Rabu, 27 November 2019

Psikologi Manajemen Pendidikan

Pendahuluan
   (Jalaluddin, 1997:15), Pendidikan merupakan rangkaian usaha membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia yang berupa kemampuan dasar dan kehidupan pribadinya sebagai makhluk individual dan makhluk sosial serta dalam hubungannya dengan alam sekitarnya agar menjadi pribadi yang bertanggung jawab.  Selanjutnya, konsep pendidikan dikembangkan pula oleh Sa’ud (2009:6) yang merumuskan konsep pendidikan sebagai  upaya yang dapat digunakan untuk mempercepat pengembangan potensi manusia sehingga mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena hanya manusia yang dapat didik dan mendidik. Selain itu, pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan fisik, mental, emosional, moral, serta keimanan, dan ketakwaan manusia.
Kesimpulan dari beberpa pengertian di atas, pendidikan adalah rangkaian usaha membibing dan mengarahkan potensi manusia sehingga mampu mengemban tugas yang diberikan kepadanya.
Pentingnya peran dan fungsi pendidikan secara konseptual akan menjadi semakin berarti dengan adanya realisasi pelaksanaan pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan melalui suatu proses manajemen yang baik.
Manajemen dalam pendidikan diungkapkan oleh Soebagio Atmodiwiro (2002:23) sebagai suatu ilmu yang mempelajari bagaimana menata sumber daya untuk mencapai tujuan yang disepakati bersama. Dengan demikian, manajemen telah menempati kedudukan sentral di lembaga pendidikan dalam upaya pembinaan dan pengembangan kegiatan kerjasama kelompok manusia dengan maksud untuk mencapai tujuan tertentu.
Kajian teroritis mengenai psikologi tertuang dalam konsep psikologi pendidikan yang dijelaskan oleh khodijah (2011:9) sebagai cabang psikologi yang khusus menguraikan aktivitas-aktivitas manusia dalam hubungannya dengan situasi pendidikan. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan cabang-cabang psikologi semakin berkembang sesuai dengan bidang penerapannya. Dalam bidang pendidikan juga berkembang psikologi belajar, psikologi belajar, psikologi intelegensi, psikologi motivasi, dan sebagainya.
Dengan demikian untuk menghadapi tantangan global, manajemen pendidikan diarahkan pada pemberdayaan manusia agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Karena pentingnya pemahaman mengenai bagaimana implikasi dan fungsi tinjauan psikologi dalam manajemen pendidikan diperlukan kajian lebih lanjut terhadap hal tersebut.

Hakekat Psikologi Manajemen Pendidikan
            Psikologi berasal dalam  bahasa Inggris  dienal dengan istilan psycology yang berakar dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa. Woodworth (1955:3) memberikan batasan tentang psikologi sebagai berikut: Psychology can be defined as the science of the activities of the individual (psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia).
Pengembangan kajian ilmiah psikologi dilakukan oleh Khodijah (2011:3) dengan merumuskan definisi psikologi sebagai sebuah ilmu yang mempelajari aktivitas-aktivitas atau gejala-gejala psikis yang tercermin dalam perilaku manusia dan hewan dengan aplikasinya untuk mengatasi problem-problem yang dialami manusia. Adapun, Syah (2010:10) mendefinisikan psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan membahas tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia, baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Lingkungan dalam hal ini meliputi semua orang, barang, keadaan, dan kejadian yang ada disekitar manusia.
Upaya memperjelas kajian psikologi membutuhkan batasan atas objek kajian psikologi sebab menurut Khodijah (2011:4) objek yang tertentu merupakan ciri utama sebuah ilmu, karena objek itulah yang akan menunjukkan pokok penelitian dan pembahasan dalam bidang ilmu. Tanpa keberadaan objek, maka tidak akan ada kejelasan bidang cakupan dan pertanggung jawaban keilmuanua. Objek sebuah ilmu terdiri dari dua macam yaitu objek material dan objek formal.  Objek material meliputi fakta-fakta, gejala-gejala, atau pokok-pokok yang nyata dipelajari atau diselidiki oleh suatu ilmu, sedangkan objek formal adalah sebuah ilmu yang tercermin dari definisi atau batasan dari ilmu yang bersangkutan.
Rincian akan objek kajian dalam psikologi dirumuskan oleh Purwanto (2010:2) sebagai berikut: objek material merupakan objek yang dipandang secara keseluruannya. Sedangkan objek formal adalah objek yang dipandang menurut aspek mana yang dipentingkan dalam penyelidikan objek kajian psikologi. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa objek kajian psikologi berupa objek material psikologi adalah segala yang berhubungan manusia, sedangkan objek formal adalah perilaku dari manusia itu sendiri. Dengan demikian dari berbagai rumusan definisi psikologi yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat disimpulkan psikologi adalah ilmu yang mempelajari psikis dan tingkah laku manusia yang berhubungan dengan interaksi manusia dengan lingkunganya.

Persfektif Psikologi untuk Manajemen Pendidikan
            Hubungan psikologi dalam dunia pendidikan sangat erat sebab dalam lingkungan pendidikan yang menjadi tempat terlibatnya individu yang saling berinteraksi yang akan menimbulkan gejala-gejala psikologi serta tingkah laku yang  berbeda antara yang satu dengan yang lainya.
Syah (2010:18) menjelaskan setidaknya ada 10 macam kegiatan dalam pendidikan yang banyak memerlukan prinsip-prinsip psikologis yakni: 1) seleksi penerimaan siswa baru; 2) perencanaan pendidikan; 3) penyusunan kurikulum; 4) penelitian pendidikan; 5) administrasi kependidikan; 6) pemilihan materi pelajaran; 7) interaksi mengajar-belajar; 8) pelayanan bimbingan dan penyuluhan; 9) metodologi mengajar; dan 10) pengukurun dan evaluasi.
            Tinjauan manajemen pendidikan dalam persfektif psikologi dapat ditinjau dari aspek fungsi manajemen pendidikan, dalam hal ini dapat dihubungkan tinjuan manajeman pendidikan dalam persfektif psikologi melalui telaah fungsi manajeman.
Dari kelima fungsi tersebut maka ada empat aspek dari fungsi tersebut yang dapat diuraikan tinjauan manajemen pendidikan dalam persfektif psikologi yaitu sebagai berikut pertama, fungsi perencanaan mencakup berbagai kegiatan menentukan kebutuhan, penentuan strategi pencapaian tujuan, menentukan isi program pendidikan, dan lain-lain. Dalam rangka pengelolaan perlu dilakukan kegiatan penyususnan rencana, yang menjangkau kedepan untuk memperbaiki keadaan dan memenuhi fungsi kebutuhan dikemudian hari, menentukan tujuan yang hendak ditempuh, menyusun  program yang meliputi pendekatan, jenis, dan urutan kegiatan, menetapkan rencana biaya yang diperlukan, serta menentukan jadwal dan proses kerja.
Pada fungsi manajemen pendidikan sebagai suatu perencanaan diperlukan tinjauan psikologis khususnya terhadap potensi-potensi yang dimiliki manusia dihubungkan dengan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam fungsi perencanaan perlu diperhatikan perencaan terhadap individu selaku perencana dan pelaksana dari perencaaan yang telah dibuat sebelumnya yang memperhatikan aspek pembawaan seseorang. Menurut Purwanto (2010:26), tiap-tiap orang atau individu memiliki pembawaan watak, intelejensi, sifat-sifat dan sebagainya yang  berbeda-beda. Dengan perbedaan tersebut maka dalam perencanaan diperlukan perhatian besar terhadap kharakteristik individu seperti pada perencanaan pendidikan dalam menentukan kebutuhan, strategi, serta isi kurikulum. Perlu diperhatikan pemahaman mengenai perkembangan individu seperti pada peserta didik yaitu sejak masa sensori motor hingga ketahapan formal operasional. Dengan demikian perencanaan yang dilandaskan atas pemahaman konsep psikologi akan mengarahkan kepada tujuan yang diharapkan serta dapat terlaksana dengan baik, karena telah memperhatikan aspek kemanusiaan melalui pertimbangan terhadap objek  formal psikologi yaitu manusia.
Fungsi kedua ialah fungsi organisasi, meliputi pengelolaan ketenagaan, sarana dan prasarana, distribusi tugas dan tanggung jawab, dalam pengelolaan secara integral untuk itu diperlukan kegiatan-kegiatan seperti mengidentifikasi jenis  tanggung jawab dan wewenang serta merumuskan aturan hubungan kerja. Melalui kegiatan pengelolaan ketenagaan dalam fungsi organisasi perlu didasarkan atas pertimbangan konsep psikologi agar dapat mengoptimalisasikan efektivitas menyeluruh dalam organisasi untuk mencapai apa yang telah direncanakan sebelumnya. Manajemen pendidikan perlu dilaksanakan secara sinergistis antar sistem khusunya dikaitkan atas keberadaan organisasi sebagai himpunan pelaksana dalam manajemen pendidikan yang telah terstruktus secata sistematis dengan fungsi dan perannya masing-masing.
Tinjauan aspek psikologi yang tampak pada sebuah organisasi dapat dilihat pada perwujudan perilaku seperti melalui penekanan pada kebiasaan bekerja yang baik sehingga kinerja akan menjadi optimal melalui proses pelatihan dan kebiasaan. Kebiasaan dalam organisasi  akan timbul karena proses penyusustan kecenderungan respons dengan menggunakan stimulus yang berulang-ulang. Selain aspek kebiasaan yang juga perlu mendapat perhatian adalah peninjauan keterampilan dalam organisasi. Keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai  dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu (Syah, 2010:117).
Fungsi ketiga adalah fungsi koordinasi yang berupaya menstabilakan antara berbagai tugas, tanggung jawab dan kewenangan untuk menjamin pelaksanaan dan berhasilnya program pendidikan. Dalam fungsi koordinasi sangat berkaitan dengan proses interaksi timbal balik yang terjadi khususnya antara fungsi masing-masing individu dalam suatu organisasi dan tidak terlepas pula dari tinjauan perilaku yang terjadi pada proses pelaksanaan manajemen pendidikan. Khodijah (2011:6) menjelaskan meski perilaku merupakan manifestasi atau wujud penampilan dari kondisi kejiwaan, namun tidak berarti bahwa kondisi kejiwaan (psikis) yang sama  akan menghasilkan perilaku yang sama pula.
Sebagai contoh dalam koordinasi diperlukan pertimbangan yang matang dalam pengambilan keputusan dan komunikasi yang baik. Apabila disertai dengan emosional yang negatif maka fungsi koordinasi tidak akan terlaksana sesuai dengan apa yang diharapkan sebab menurut Woodwort dalam Khadijah (2011:6) menjelaskan  perilaku atau aktivitas yang ada pada individu atau organisme itu sebenarnya tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari adanya stimulus  atau rangsangan mengenai individu. Koordinasi sangat dipengaruhi oleh sikap individu dalam sebuah organisasi. Ellis dalam Purwanto (2010:141)  menjelaskan bahwa sikap sangat memerlukan peranan penting karena dipengaruhi oleh faktor perasaan atau emosi serta kecenderungan untuk bereaksi atas respon yang  didapatkan. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif yaitu like (senang) atau  dislike (tidak senang). Koordinasi yang dilakukan melalui proses interaksi yang baik dan menyenangkan akan membawa kebaikan pula ke arah tujuan perencanaan, permasalahn sebaliknya akan terjadi bila proses interaksi tidak berlangsung dengan baik dan tidak menyenangkan.
Fungsi keempat yaitu motivasi yang dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi proses dan keberhasilan program pelatihan dalam manajeman. Duncan dalam Purwanto (2010:72)  mengemukakan  bahwa didalam konsep manajemen, motivasi beberti setiap usaha yang didasari untuk mempengaruhi perilaku seseorang agar meningkatkan kemampuannya secara maksimal untuk mencapai tujuan organisasi.
Kemudian Campbell adalam Purwanto (2010:71) menambahkan rincian  dalam definisi motivasi  yang didalamnya mencakup arah atau tujuan tingkah laku, kekuatan respon, dan kegigiha tingkah laku. Dengan demikian motivasi akan mampu menggerakkan, mengarahkan, dan menjada tingkah laku seseorang untuk bertindak atau melakukan sesuatu.


Daftar Pustaka

Jalaluddin. 1997. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Woodworth. 1955. Psychology A Study Of Mental Life. Methuen & Co.Ltd: London.

Soebagio, A. 2002. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta:  Ardadizya Jaya.

Khodijah. 2011. Psikologi Pendidikan. Palembang : Grafika Telindo Press.

Purwanto, N. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Syah, M. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sa’ud, S. 2009. Perencanaan Penddidikan. Bandung: Rosdakarya.