Pendahuluan
(Jalaluddin,
1997:15), Pendidikan merupakan rangkaian usaha membimbing, mengarahkan potensi
hidup manusia yang berupa kemampuan dasar dan kehidupan pribadinya sebagai
makhluk individual dan makhluk sosial serta dalam hubungannya dengan alam
sekitarnya agar menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Selanjutnya, konsep pendidikan dikembangkan
pula oleh Sa’ud (2009:6) yang merumuskan konsep pendidikan sebagai upaya yang dapat digunakan untuk mempercepat
pengembangan potensi manusia sehingga mampu mengemban tugas yang dibebankan
padanya, karena hanya manusia yang dapat didik dan mendidik. Selain itu,
pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan fisik, mental, emosional, moral,
serta keimanan, dan ketakwaan manusia.
Kesimpulan dari beberpa pengertian
di atas, pendidikan adalah rangkaian usaha membibing dan mengarahkan potensi
manusia sehingga mampu mengemban tugas yang diberikan kepadanya.
Pentingnya peran dan fungsi
pendidikan secara konseptual akan menjadi semakin berarti dengan adanya
realisasi pelaksanaan pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan melalui
suatu proses manajemen yang baik.
Manajemen dalam pendidikan
diungkapkan oleh Soebagio Atmodiwiro (2002:23) sebagai suatu ilmu yang
mempelajari bagaimana menata sumber daya untuk mencapai tujuan yang disepakati
bersama. Dengan demikian, manajemen telah menempati kedudukan sentral di
lembaga pendidikan dalam upaya pembinaan dan pengembangan kegiatan kerjasama
kelompok manusia dengan maksud untuk mencapai tujuan tertentu.
Kajian teroritis mengenai psikologi
tertuang dalam konsep psikologi pendidikan yang dijelaskan oleh khodijah
(2011:9) sebagai cabang psikologi yang khusus menguraikan aktivitas-aktivitas
manusia dalam hubungannya dengan situasi pendidikan. Sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan cabang-cabang psikologi semakin berkembang sesuai
dengan bidang penerapannya. Dalam bidang pendidikan juga berkembang psikologi
belajar, psikologi belajar, psikologi intelegensi, psikologi motivasi, dan
sebagainya.
Dengan demikian untuk menghadapi
tantangan global, manajemen pendidikan diarahkan pada pemberdayaan manusia agar
menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Karena pentingnya pemahaman mengenai
bagaimana implikasi dan fungsi tinjauan psikologi dalam manajemen pendidikan
diperlukan kajian lebih lanjut terhadap hal tersebut.
Hakekat
Psikologi Manajemen Pendidikan
Psikologi berasal
dalam bahasa Inggris dienal dengan istilan psycology yang berakar dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara
harfiah psikologi berarti ilmu jiwa. Woodworth (1955:3) memberikan batasan
tentang psikologi sebagai berikut: Psychology
can be defined as the science of the activities of the individual (psikologi
adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia).
Pengembangan kajian ilmiah
psikologi dilakukan oleh Khodijah (2011:3) dengan merumuskan definisi psikologi
sebagai sebuah ilmu yang mempelajari aktivitas-aktivitas atau gejala-gejala
psikis yang tercermin dalam perilaku manusia dan hewan dengan aplikasinya untuk
mengatasi problem-problem yang dialami manusia. Adapun, Syah (2010:10)
mendefinisikan psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan membahas
tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia, baik selaku individu maupun
kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Lingkungan dalam hal ini
meliputi semua orang, barang, keadaan, dan kejadian yang ada disekitar manusia.
Upaya memperjelas kajian
psikologi membutuhkan batasan atas objek kajian psikologi sebab menurut
Khodijah (2011:4) objek yang tertentu merupakan ciri utama sebuah ilmu, karena
objek itulah yang akan menunjukkan pokok penelitian dan pembahasan dalam bidang
ilmu. Tanpa keberadaan objek, maka tidak akan ada kejelasan bidang cakupan dan pertanggung
jawaban keilmuanua. Objek sebuah ilmu terdiri dari dua macam yaitu objek
material dan objek formal. Objek
material meliputi fakta-fakta, gejala-gejala, atau pokok-pokok yang nyata
dipelajari atau diselidiki oleh suatu ilmu, sedangkan objek formal adalah
sebuah ilmu yang tercermin dari definisi atau batasan dari ilmu yang
bersangkutan.
Rincian akan objek kajian
dalam psikologi dirumuskan oleh Purwanto (2010:2) sebagai berikut: objek
material merupakan objek yang dipandang secara keseluruannya. Sedangkan objek
formal adalah objek yang dipandang menurut aspek mana yang dipentingkan dalam
penyelidikan objek kajian psikologi. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa
objek kajian psikologi berupa objek material psikologi adalah segala yang
berhubungan manusia, sedangkan objek formal adalah perilaku dari manusia itu
sendiri. Dengan demikian dari berbagai rumusan definisi psikologi yang telah
dipaparkan sebelumnya, maka dapat disimpulkan psikologi adalah ilmu yang
mempelajari psikis dan tingkah laku manusia yang berhubungan dengan interaksi
manusia dengan lingkunganya.
Persfektif
Psikologi untuk Manajemen Pendidikan
Hubungan
psikologi dalam dunia pendidikan sangat erat sebab dalam lingkungan pendidikan
yang menjadi tempat terlibatnya individu yang saling berinteraksi yang akan
menimbulkan gejala-gejala psikologi serta tingkah laku yang berbeda antara yang satu dengan yang lainya.
Syah (2010:18) menjelaskan
setidaknya ada 10 macam kegiatan dalam pendidikan yang banyak memerlukan
prinsip-prinsip psikologis yakni: 1) seleksi penerimaan siswa baru; 2)
perencanaan pendidikan; 3) penyusunan kurikulum; 4) penelitian pendidikan; 5)
administrasi kependidikan; 6) pemilihan materi pelajaran; 7) interaksi
mengajar-belajar; 8) pelayanan bimbingan dan penyuluhan; 9) metodologi
mengajar; dan 10) pengukurun dan evaluasi.
Tinjauan
manajemen pendidikan dalam persfektif psikologi dapat ditinjau dari aspek
fungsi manajemen pendidikan, dalam hal ini dapat dihubungkan tinjuan manajeman
pendidikan dalam persfektif psikologi melalui telaah fungsi manajeman.
Dari kelima fungsi tersebut
maka ada empat aspek dari fungsi tersebut yang dapat diuraikan tinjauan
manajemen pendidikan dalam persfektif psikologi yaitu sebagai berikut pertama,
fungsi perencanaan mencakup berbagai kegiatan menentukan kebutuhan, penentuan
strategi pencapaian tujuan, menentukan isi program pendidikan, dan lain-lain.
Dalam rangka pengelolaan perlu dilakukan kegiatan penyususnan rencana, yang
menjangkau kedepan untuk memperbaiki keadaan dan memenuhi fungsi kebutuhan
dikemudian hari, menentukan tujuan yang hendak ditempuh, menyusun program yang meliputi pendekatan, jenis, dan
urutan kegiatan, menetapkan rencana biaya yang diperlukan, serta menentukan
jadwal dan proses kerja.
Pada fungsi manajemen
pendidikan sebagai suatu perencanaan diperlukan tinjauan psikologis khususnya
terhadap potensi-potensi yang dimiliki manusia dihubungkan dengan
aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan dalam rangka mencapai tujuan yang
diinginkan. Dalam fungsi perencanaan perlu diperhatikan perencaan terhadap
individu selaku perencana dan pelaksana dari perencaaan yang telah dibuat
sebelumnya yang memperhatikan aspek pembawaan seseorang. Menurut Purwanto
(2010:26), tiap-tiap orang atau individu memiliki pembawaan watak, intelejensi,
sifat-sifat dan sebagainya yang berbeda-beda.
Dengan perbedaan tersebut maka dalam perencanaan diperlukan perhatian besar
terhadap kharakteristik individu seperti pada perencanaan pendidikan dalam
menentukan kebutuhan, strategi, serta isi kurikulum. Perlu diperhatikan
pemahaman mengenai perkembangan individu seperti pada peserta didik yaitu sejak
masa sensori motor hingga ketahapan formal operasional. Dengan demikian
perencanaan yang dilandaskan atas pemahaman konsep psikologi akan mengarahkan
kepada tujuan yang diharapkan serta dapat terlaksana dengan baik, karena telah
memperhatikan aspek kemanusiaan melalui pertimbangan terhadap objek formal psikologi yaitu manusia.
Fungsi kedua ialah fungsi
organisasi, meliputi pengelolaan ketenagaan, sarana dan prasarana, distribusi
tugas dan tanggung jawab, dalam pengelolaan secara integral untuk itu
diperlukan kegiatan-kegiatan seperti mengidentifikasi jenis tanggung jawab dan wewenang serta merumuskan
aturan hubungan kerja. Melalui kegiatan pengelolaan ketenagaan dalam fungsi
organisasi perlu didasarkan atas pertimbangan konsep psikologi agar dapat
mengoptimalisasikan efektivitas menyeluruh dalam organisasi untuk mencapai apa
yang telah direncanakan sebelumnya. Manajemen pendidikan perlu dilaksanakan
secara sinergistis antar sistem khusunya dikaitkan atas keberadaan organisasi
sebagai himpunan pelaksana dalam manajemen pendidikan yang telah terstruktus
secata sistematis dengan fungsi dan perannya masing-masing.
Tinjauan aspek psikologi yang tampak pada sebuah organisasi
dapat dilihat pada perwujudan perilaku seperti melalui penekanan pada kebiasaan
bekerja yang baik sehingga kinerja akan menjadi optimal melalui proses
pelatihan dan kebiasaan. Kebiasaan dalam organisasi akan timbul karena proses penyusustan
kecenderungan respons dengan menggunakan stimulus yang berulang-ulang. Selain
aspek kebiasaan yang juga perlu mendapat perhatian adalah peninjauan
keterampilan dalam organisasi. Keterampilan adalah kemampuan melakukan
pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan
sesuai dengan keadaan untuk mencapai
hasil tertentu (Syah, 2010:117).
Fungsi ketiga adalah fungsi koordinasi yang berupaya
menstabilakan antara berbagai tugas, tanggung jawab dan kewenangan untuk
menjamin pelaksanaan dan berhasilnya program pendidikan. Dalam fungsi
koordinasi sangat berkaitan dengan proses interaksi timbal balik yang terjadi
khususnya antara fungsi masing-masing individu dalam suatu organisasi dan tidak
terlepas pula dari tinjauan perilaku yang terjadi pada proses pelaksanaan
manajemen pendidikan. Khodijah (2011:6) menjelaskan meski perilaku merupakan
manifestasi atau wujud penampilan dari kondisi kejiwaan, namun tidak berarti
bahwa kondisi kejiwaan (psikis) yang sama
akan menghasilkan perilaku yang sama pula.
Sebagai contoh dalam koordinasi diperlukan pertimbangan yang
matang dalam pengambilan keputusan dan komunikasi yang baik. Apabila disertai
dengan emosional yang negatif maka fungsi koordinasi tidak akan terlaksana
sesuai dengan apa yang diharapkan sebab menurut Woodwort dalam Khadijah
(2011:6) menjelaskan perilaku atau
aktivitas yang ada pada individu atau organisme itu sebenarnya tidak timbul
dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari adanya stimulus atau rangsangan mengenai individu. Koordinasi
sangat dipengaruhi oleh sikap individu dalam sebuah organisasi. Ellis dalam
Purwanto (2010:141) menjelaskan bahwa
sikap sangat memerlukan peranan penting karena dipengaruhi oleh faktor perasaan
atau emosi serta kecenderungan untuk bereaksi atas respon yang didapatkan. Sebagai reaksi maka sikap selalu
berhubungan dengan dua alternatif yaitu like
(senang) atau dislike (tidak senang). Koordinasi yang dilakukan melalui proses
interaksi yang baik dan menyenangkan akan membawa kebaikan pula ke arah tujuan
perencanaan, permasalahn sebaliknya akan terjadi bila proses interaksi tidak
berlangsung dengan baik dan tidak menyenangkan.
Fungsi keempat yaitu motivasi yang dimaksudkan untuk
meningkatkan efisiensi proses dan keberhasilan program pelatihan dalam
manajeman. Duncan dalam Purwanto (2010:72)
mengemukakan bahwa didalam konsep
manajemen, motivasi beberti setiap usaha yang didasari untuk mempengaruhi
perilaku seseorang agar meningkatkan kemampuannya secara maksimal untuk
mencapai tujuan organisasi.
Kemudian Campbell adalam Purwanto (2010:71) menambahkan
rincian dalam definisi motivasi yang didalamnya mencakup arah atau tujuan
tingkah laku, kekuatan respon, dan kegigiha tingkah laku. Dengan demikian motivasi
akan mampu menggerakkan, mengarahkan, dan menjada tingkah laku seseorang untuk
bertindak atau melakukan sesuatu.
Daftar Pustaka
Jalaluddin. 1997. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Rajawali
Pers.
Woodworth. 1955. Psychology A Study Of Mental Life.
Methuen & Co.Ltd: London.
Soebagio, A. 2002. Manajemen Pendidikan Indonesia.
Jakarta: Ardadizya Jaya.
Khodijah. 2011. Psikologi
Pendidikan. Palembang : Grafika Telindo Press.
Purwanto, N. 2010. Psikologi
Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Syah, M. 2010. Psikologi
Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Sa’ud, S. 2009. Perencanaan Penddidikan. Bandung: Rosdakarya.