Tulisan Mengikuti Cursor di Blog

Rabu, 14 Desember 2016

STRATEGI PENANGULANGAN KONFLIK



STRATEGI PENANGULANGAN KONFLIK

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas makalah manajemen SDM yang diampuh
oleh Dr. Arifin Suking, M.Pd.

Oleh
Kelompok V
Sulistia Paudi ( 131415060 )
Pratiwi Kiama ( 131415066 )
Fitro Usman ( 131415073 )
Mutiara Soman ( NIM 131415079 )
Arpin Buhungo ( NIM 131415086 )







JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
NOVEMBER 2016


KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, atas Ridho dan Rahmat serta BarokahNya penulis dapat menyeleseikan makalah yang berjudul “Strategi Penanggulangan Konflik”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Psikologi.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu memberikan dukungan baik moral maupun spiritual sehingga makalah ini dapat terseleseikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat berharap adanya kritik dan saran untuk pengembangan penulisan selanjutnya. Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Demikian makalah ini penulis susun. Apabila ada kesalahan dalam penulis membuat makalah ini, penulis mohon maaf.


Gorontalo,    November 2016

      Penulis Kelompok VI








DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGENTAR ...........................................................................................
DAFTAR ISI ...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................
A.    Latar Belakang .................................................................................... ........
B.     Rumusan Masalah ................................................................................ ........
C.     Tujuan .................................................................................................. ........
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................
A.    Pengertian Konflik .............................................................................. ........
B.     Sebab Terjadinya Konflik .................................................................... ........
C.     Bentuk-Bentuk Konflik ....................................................................... ........
D.    Strategi Penanggulangan Konflik ........................................................ ........
BAB III PENUTUP ................................................................................................
A.    Kesimpulan .......................................................................................... ........
B.     Saran .................................................................................................... ........
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................














BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Setiap individu mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi. Namun, tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi melalui usaha seorang diri, malainkan melakukan bantuan individu lain. Kondisi ini merupakan konsekuensi logis dari adanya keterbatasan yang dimiliki individu. Itulah sebab manusia disebut sebagai makhluk sosial.
Sebagai makhluk sosial, sejumlah individu akan berkumpul membentuk kelompok tertentu berdasarkan kesamaan, misalnya kesamaan dalam hal tujuan, latar belakang pendidikan, sosial ekonomi, pengalaman, rasial, kesukaran (hobi). Sejumlah kesamaan tersebut, pada
saatnya akan menumbuhkan ikatan perasaan senasib, sepenanggungan, yang akhirnya berkumpul dan mengadakan ikatan tertentu dalam bentuk kelompok khusus. Setiap anggota kelompok merasa saling membutuhkan untuk bertukar fikiran, berbagi rasa, danmenampilkan kekuatan potensialnya masing-masing. Diantara anggota akan timbul salah seorang yang paling menonjol, untuk selanjutnya menjadi seorang pemimpin yang akan membawa dan mempengaruhi anggota kelompoknya kearah yang diinginkan. Kemudian anggotanya akan segera mengambil perannya masing-masing.
B.       Rumusan Masalah
1.      Pengertian Konflik
2.      Sebab terjadinya konflik
3.      Bentuk-bentuk konflik
4.      Strategi penanggulangan konflik
C.      Tujuan
1.      Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan konflik.
2.      Untuk mengetahui dan memahami sebab-sebab terjadinya konflik itu.
3.      Untuk mengetahui dan memahami bentuk-bentuk konflik seperti apa.
4.      Untuk mengetahui dan memahami strategi apa yang digunakan dalam penanggulangan konflik.
BAB II
PEMBAHASAN


A.      Pengertian Konflik
Konflik merupakan suatu proses yang di mulai ketika satu pihak merasa bahwa pihak lain telah di pengaruhi secara negative atau tentang memengaruhi secara negatif, tentang sesuatu yang di ketahui pihak pertama (Robbins dan Judge,2011:488). McShane dan Von Glinow (2010:328) memberikan definisi konflik sebagai suatu proses dimana satu pihak merasa bahwa kepentingannya ditentang atau di pengaruhi secara negatif oleh pihak lain.
Pengertian konflik yang mengacu kepada pendekatan organisasi antara lain dikemukakan oleh para pakar berikut. Luthans (1985) mengartikan konflik sebagai ketidak sesuaian nilai atau tujuan antara anggota kelompok organisasi. Dubrint (1984:346) mengartikan konflik sebagai pertentangan antar individu atau kelompok yang dapat meningkatkan ketegangan sebagai akibat saling menghadapi dalam pencapaian tujuan. Winardi (2004:1) mengemukakan bahwa konflik adalah oposisi atau pertentangan pendapat antara orang-orang, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi.

B.       Sebab-Sebab Terjadinya Konflik
Konflik dalam organisasi tidak terjadi secara alamiah dan terjadi bukan tanpa sumber penyebab. Penyebab terjadinya konflik pada setiap organisasi sangat bervariasi tergantung pada cara individu-individu menafsirkan, mempersepsi, dan memberikan tanggapan terhadap lingkungan kerjanya.
    Winardi (2004:172) mengemukakan beberapa hal yang menjadi sumber terjadinya konflik dalam organisasi, yaitu:
1.        Interpendensi Arus kerja (work-flow interdependence)
Kita mengetahui, bahwa suatu organisasi harus di-manage sebagai sistem yang terdiri dari bagian-bagian interdependen, yang masing-masing melaksanakan fungsi-fungsi khusus, tetapi terkoordinasi dalam wujud pembagian kerja.

2.        Asimetri (Asymetry)
Terdapat adanya asimetri pada hubungan-hubungan kerja, apabila suatu pihak sangat berbeda dalam kekuasaan, nilai-nilai, dan atau status dibandingkan dengan pihak lain, dengan siapa ia secara teratur berinteraksi. Sebuah contoh umum tentang kasus terakhir adalah apabila seorang manajer dipaksa untuk berhubungan dengan manajer lain hanya melalui sekretarisnya.
3.        Ambiguitas peranan (Role Ambiguity or Domain Ambiguity)
Kurangnya pengarahan yang cukup atau kejelasan tujuan-tujuan serta tugas-tugas bagi orang-orang dalam peranan kerja mereka dapat menyebabkan timbulnya situasi penuh stress dan yang cenderung menimbulkan konflik.
4.        Kelangkaan sumber daya ( Resource Scarcity)
Kebutuhan-kebutuhan aktual atau yang dipersepsi persaingan mendapatkan sumber-sumber daya langka, menyebabkan hubungan-hubungan kerja antara individu-individu dan atau kelompok-kelompok cenderung mengalami konflik.
Sumber-sumber daya biasanya langka dalam masa mundurnya suatu organisasi, dengan akibat bahwa sering kali terjadi pemotongan-pemotongan atau pengurangan-pengurangan (budget).
Robbins (1996) mengemukakan terdapat empat faktor yang menyebabkan konflik kelompok: saling ketergantungan kerja, perbedaan tujuan, perbedaan persepsi, dan tuntutan yang akan meningkatkan suatu spesialis.
1.        Saling ketergantungan kerja
Saling ketergantungan kerja terjadi bila dua dan atau lebih kelompok organisasi tergantung satu dengan lainnya untuk menyeesaikan tugas-tugas mereka. Potensi konflik pada keadaan ini sangat tinggi. Tiga jenis saling ketergantungan di antara kelompok telah dikenal.
a.         Saling ketergantungan yang dikelompokkan
Saling ketergantungan yang dikelompokkan tidak memrlukan adanya interaksi diantara kelompok sebab setiap kelompok bertindak secara terpisah. bagaimanapun, kinerja yang dihimpun dari semua kelompok menunjukkan seberapa berhasil organisasi itu. Contoh: kantor penjualan IBM disuatu daerah bisa saja tidak berhubungan dengan rekan sekerjanya dari daerah lain atau dua cabang bank mungkin sedikit berhubungan atau tidak sama sekali.
b.        Saling ketergantungan secara berurutan
Saling ketergantungan secara berurutan memerlukan suatu kelompok untuk menyelesaikan tugasnya sbelum kelompok lainnya dapat menyelesaikan tugas-tugasnya. Tugas-tugas ditampilkan dalam bentuk berurutan. contoh : prodak harus dirakit terlebih dahulu sebelum dicat. Lalu departemen perakitan harus menyelesaikan tugasnya sebelum bagian pengecatan dapat dimulai.
c.         Saling ketergantungan timbal balik
Saling ketergantungan timbal balik memerlukan hasil dari setiap kelompok untuk dijadikan masukan bagi kelompok lain dalam organisasi. Memperhatikan hubungan diantar staf anesti, staf perawatan, teknisi, dan ahli dlam bidang ruang oprasi yang luas. Contoh: ketergantungan antara menara pengawas bandara, awak pesawat, operasi darat, dan petugas pemeliharaan.
2.        Perbedaan Tujuan
Konflik dapat terjadi oleh karena tiap departemen mempunyai tujuan yang berbeda. Karena perbedaan tujuan, kondisi tertentu seperti :
a.         sumber-sumber yang terbatas
Bila sumber yang terbatas harus dibagikan, ketergantungan bersama meningkatkan, bermacam-macam perbedaan dalam tujuan kelompok menjadi jelas. jika uang, ruang pekerja, material, dan bahan tidak terbatas, setiap kelompok dapat memaksakan (paling tidak pada tingkat yang bersangkutan) tujuannya sendiri.
b.        Struktur imbalan
Konflik antar kelompok lebih sering terjadi bila sistem imbalan dihubungkan dengan kinerja kelompok individu dari pada kinerja organisasi secara keseluruhan. Potensi konflik ini meluas lebih jauh ketika satu kelompok mempunyai tanggung jawab utama untuk mendistribusikan imbalan. Kelompok akan cenderung memperlihatkan sikap yang sangat memihak terhadap anggotanya sendiri dalam membagi hasil yang bagus dan sangat berpihak pada kelompok luar dalam menyalurkan hasil negatif. Ketika imbalan ditujukan pada kelompok individual, kinerja dipandang sebagai variabel independen bahkan sementara kinerja keelompok pada kenyataanya sangat saling tergantung.  Konflik antar kelompok yang timbul dari perbedaan tujuan tidak hanya tidak berguna bagi organisasi secara keseluruhan tetapi juga tidak berguna bagi pihak ketiga biasanya klien-klien organisasi.
3.        Perbedaan Persepsi
Perbedaan tujuan dapat disertai oleh perbedaan persepsi mengenai realitas.
a.    Perbedaan tujuan
b.    Perbedaan cakrawala waktu
c.    Perbedaan status
d.   Persepsi yang tidak akurat
e.    Meningkatkan permintaan untuk spesialis
Pandji Anaroga  (1992:39) sebab-sebab terjadinya konflik itu antara lain :
1.        Perbedaan pendapat
Suatu konflik dapat terjadi karena perbedaan pendapat diamana masing-masing pihak merasa dirinya benar dan apabila perbedaan pendapat tersebut sangat tajam, maka dapat menimbulkan rasa yang kurang enak, ketegangan dan sebagainya. Sehingga hal-hal tersebut dapat menimbulkan konflik, baik itu konflik antar individu, antar kelompok, atau antar organisasi.
2.        Salah paham
Salah paham merupakan salah satu hal yang dapat menimbulkan konflik. Misalnya saja tindakan seseorang mungkin tujuannya baik, tetapi oleh pihak lain dianggap merugikan.
3.        Salah satu/kedua belah pihak merasa dirugikan
Tindakan seseorang mungkin dianggap merugikan yang lain atau masing-masing pihak merasa dirugikan oleh pihak lain, sehingga orang dirugikan merasa kurang enak atau kurang senang, atau bahkan saling membenci/menjatuhkan.
4.        Perasaan yang terlalu sensitif
Mungkin tindakan seseorang adalah wajar, tetapi bagi pihak lain hal ini dianggap mmerugikan dan merupakan tindakan atau alasan yang irasional terjadinya konflik.
C.      Bentuk-Bentuk Konflik
Dalam aktivitas organisasi dijumpai macam-macam konflik yang melibatkan individu-individu maupun kelompok-kelompok. Beberapa kejadian konflik telah diidentifikasikan menurut jenis dan macam-macamnya oleh sebagian penulis buku manajemen, perilaku organisasi, physikolog maupun sosiologi.
Menurut tabel dibawah ini, pada hakekatnya komflik terdiri atas lima bentuk, yaitu :
1.        Konflik dalam diri individu.
2.        Konflik antar individu.
3.        Konflik antar anggota dalam kelompok.
4.        Konflik antar kelompok.
5.        Konflik antar bagian dalam organisasi, dan konflik antar organisasi.
Berbagai Pandangan Mengenai Bentuk Konflik
No.
Penggagas
Bentuk Konflik
1.
Soekarno, S. (1981)
a.    Konflik pribadi
b.    Konflik rasial
c.    Konflik antar kelas-kelas sosial
d.   Konflik politik antar golongan golongan dalam masyarakat
e.    Konflik berskala internasional antar negara
2.
Polak, M (1982)
a.       Konflik antar kelompok
b.      Konflik intern dalam kelompok
c.       Konflikantar individu untuk mempertahankan hak dan kekayaan
d.      Konflik intern individu untuk mencapai cita-cita
3.
Champbell, Corbally,dan Nystrand (1983)
a.       Interpersonal conflict
b.      Interpersonal conflict
c.       Individual institusional conflict
d.      Intraorganizational conflict
e.       School community conflict
4.
Walton (1987)
a.       Conflict between members of a family
b.      Conflict confined to teo individuals in an organization
c.       Conflict between organization units
d.      Conflict between instutions/organizations
5.
Owens (1991)
Winardi (1990), Davis and Newstron (18981)
a.       Interpersonal  Conflict
b.      Interpersonal  Conflict
c.       Intra group  Conflict
d.      Intergroup  Conflict
e.       Inter organization  Conflict
6.
Wexley,et al. (1992)
a.       Konflik antar individu dalam satu kelompok
b.      Konflik bawahan dengan pimpinan
c.       Konflik antar dua departemen atau lebih
d.      Konflik antar personalia staf dan lini
e.       Konflik antar serikat buruh dengan pimpinan (manajer)
7.
Handoko, T.H. (1992)
a.       Konflik dalam diri individu
b.      Konflik antar individu dalam organisasi
c.       Konflik antar individu dengan kelompok
d.      Konflikantar kelompok
e.       Konflik antar organisasi
8.
Hansen (Suwardani, 1997)
a.       Intra role conflict
b.      Intra role conflict
c.       Intra departemental  conflict
d.      Inter departemental conflict
e.       Intraorganizational
9.
Ruchyat (2001)
a.       konflik intrapersonal
b.      konflik interpersonal
c.       konflik intra grup
d.      konflik inter grup
e.       konflik intra organisasi
f.       konflik inter organisasi

2. Konflik dalam diri individu
Konflik ini merupakan konflik internal yang terjadi pada diri seseorang (intrapersonal conflict). Konflik ini akan terjadi ketika individu harus memilih dua atau lebih tujuan yang saling bertentangan, dan bimbang mana yang harus dipilih untuk dilakukan. Handoko (1995: 349) menemukakan konflik dalam diri individu, terjadi bila seseorang individu menghadapi ketidak pastian tentang pekerjaan yang dia harapkan. Untuk melaksanakannya, atau bila individu diharapkan untuk melakukan lebih dari kemampuannya.
Winardi (2004:168), mengemukakan terdapat tiga tipe konflik pada tingkat individu, yaitu :
a.         Konflik mendekat-mendekat (approach- approach conplict)
Konflik demikian meliputi suatu situasi dimana seseorang harus memilih antara dua macam alternatif positif dan yang sama-sama memiliki daya tarik yang sama. Contoh: apabila idividu harus memilih antara tindakan menerima sebuah promosi yang  sanggat dihargai didalam organisasi yang bersangkutan dan menerima pekerjaan baru yang menarik ditawarkan oleh perusahaan lain.
b.        Konflik menghindari-menghindari (avoidance- avoidance conflict)
Sebuah situasi yang mengharuskan seseorang memilih antara dua macam alternatif negatif yang sama tidak memiliki daya tarik sama sekali. Contoh: apabila kita menghadapi pilihan transfer pekerjaan kekota lain yang berada pada lokasi yang tidak menyenangkan atau di PHK oleh organisasi dimana kita berkerja.
c.         Konflik pendekatan-menghindari (approach- avoidance conflict)
Konflik ini meliputi sebuah situasi dimana seseorang harus mengambil keputusan sehubungan dengan sebuah alternatif yang memiliki konsekuensi positif maupun negatif yang berkaitan dengannya. Contoh: apabila seseorang diberi tawaran promosi yang menjanjikan gaji yang lebih besar, tetapi yang juga sekaligus mengandung tanggung jawab yang makin meningkat dan yang tidak disukai.
1.        Konflik antar individu
Konflik antar individu (interpersonal conflict) bersifat substantif, emosional, atau kedua-duanya. Konflik ini terjadi ketika adanya perbedaan tentang isu tertentu, tindakan dan tujuan, dimana hasil bersama sanggat menentukan. Misalnya konflik antar tenaga kependidikan dalam memilih mata pelajaran unggulan daerah.
2.        Konflik antar anggota dalam satu kelompok
Setiap kelompok dapat mengalami konflik substantif atau efektif. Konflik subtantif terjadi karena adanya latar belakang keahlian yang berbeda, ketika anggota dari suatu komite menghasilkan kesimpulan yang berbeda atas data yang sama. Sedangkan konflik efektif terjadi karena tanggapan emosional terhadap situasi tertentu. Contoh konflik intragroup adalah konflik yang terjadi pada beberapa guru dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).
3.        Konflik antar kelompok
Konflik intergroup terjadi karena adanya saling ketergantungan, perbedaan persepsi, perbedaan tujuan, dan meningkatnya tuntutan akan keahlian. Misalnya konflik antara kelompok guru kesenian dengan kelompok guru matematika. Kelompok guru kesenian memandang bahwa untuk membelajarkan legu tertentu dan melatih pernapasan perlu disuarakan dengan keras, sementara kelompok guru matematika merasa terganggu, karena peserta didiknya tidak konsentrasi belajar.
4.        Konflik antar bagian dalam organisasi
Tentu saja yang mengalami konflik adalah orang, tetapi dalam hal ini orang tersebut “mewakili” unit kerja tertentu. Misalnya konflik antar unit perpustakaan dengan tata usaha. Contoh lain adalah konflik antara bidang kurikulum dengan bidang kesiswaan. Menurut Mulyasa (2004:244) konflik ini terdiri atas :
-       Konflik vertikal. Terjadi antara pimpinan dengan bawahan yang sependapat tentang cara terbaik untuk menyelesaikan sesuatu. Misalnya konflik antara kepala sekolah dengan guru.
-       Konflik horizontal. Terjadi antar pegawai atau departemen yang memiliki hirarkhi yang sama salam organisasi. Misalnya konflik antar tenaga kependidikan.
-       Konflik lini-staf. Sering terjadi karena adanya perbedaan persepsi tentang keterlibatan staf dalam proses pengambilan keputusan oleh manajer lini. Misalnya konflik antar kepala sekolah dengan tenaga administrasi.
-       Konflik peran. Terjadi karena seseorang memiliki lebih dari satu peran. Misalnya kepala sekolah merangkap jabatan sebagai ketua dewan pendidikan.
5.        Konflik antar organisasi
Konflik antar organisasi terjadi karena mereka memiliki saling ketergantungan pada tindakan suatu organisasi yang menyebabkan dampak negatif terhadap organisasi lain. Misalnya konflik yang terjadi antar sekolah dengan salah satu organisasi masyarakat.
D.      Strategi Penanggulangan Konflik
Konflik tidak hanya harus diterima dan dikelola dengan baik, tetapi juga harus didorong, karena konflik merupakan kekuatan untuk mendatangkan perubahan dan kemajuan dalam lembaga. Konflik antar orang dalam organisasi tak dapat terelakkan, tetapi dapat di manfaatkan ke arah produktif bila dikelola secara baik (Cummings, 1980:59).
Konflik antar individu atau antar kelompok dapat menguntungkan atau merugikan bagi kelangsungan organisasi. Terdapat 3 cara dalam mengatasi konflik Handoko (1992) :
1.        Stimulasi konflik
Stimulasi konflik diperlukan apabila satuan-satuan kerja dalam organisasi terlalu lambat dalam pelaksanaan pekerjaan karena tingkat konflik rendah. Situasi konflik terlalu rendah akan menyebabkan para karyawan takut, berinisiatif akhirnya menjadi pasif. Perilaku dan peluang yang dapat mengarahkan individu atau kelompok untuk bekerja lebih baik diabaikan, anggota kelompok saling bertoleransi terhadap kelemahan dan kejelekan pelaksanaan pekerjaan.
Mencegah terjadinya konflik menekannkan pada :
a.         Tujuan organisasi lebih penting dari pada tujuan kelompok/unit
b.        Struktur tugas yang stabil dan dapat diramalkan
c.         Meningkatkan dan mengembangkan komunikasi antar anggota pada unit yang berbeda.
d.        Menghindari situasi menang kalah yang dapat mengorbankan pihak lain.
2.        Pengurangan atau penekanan konflik
Tindakan mengurangi konflik dilakukan apabila tingkat konflika tinggi dan menjurus pada tindakan deskrutktif disertai penurunan produktivitas kerja tiap unit/bagian. Metode pengurangan konflik dengan jalan mendistribusikan tujuan-tujuan yang dapat diterima oleh kelompok-kelompok yang sedang berkonflik, menghadapkan tantangan baru kepada kedua belah pihak agar dihadapi secara bersama, dan memberikan tugas yang harus dikerjakan bersama sehingga timbul sikap persahabatn antar anggota-anggota kelompok.
3.        Penyelesaian konflik
Penyelesaian konflik (conflict resolution) merupakan tindakan yang dilakukan pimpinan organisasi dalam menghadapi pihak-pihak yang sedang berkonflik. Metode penyelesaian konflik yang paling banyak dihunakan menurut Winardi (1994) adalah dominasi, kompromis, dan pemecahan problem secara integratif. Tentunya perilaku setiap pemimpin berbeda dalam menghadapi konflik yang terjadi dalam organisasi.
Disimpulkan oleh Blake dan Mouton, filley, Hall, Thomas dan kilmann (Tosi, H.L et. Al. 1990:531) terdapat lima macam cara menanggapi konflik yaitu :
1.        Menghindari
Menghindari merupakan satu reaksi terhadap konflik yaitu salah satu atau kedua belah pihak berupaya tidak terlibat dengan masalah-masalah yang dapat menimbulkan perbedaan atau pertentangan.
2.        Mengakomodasi
Mengakomodasi berarti mengalah terhadap berbagai kehendak/kmauan orang lain. Akomodasi dapat berarti memelihara suatu hubungan dengan pihak lain, atau suatu usaha memadukan orang-orang yang terpisah. Menyerahkan keputusan pada pihak lain dirasakan lebih baik dari pada mengambil resiko untuk mengasingkan orang lain. Nilai yang diyakini oleh akomodator bahwa konflik bermakna negatif dan merugikan. Teknik akomodasi merupakan suatu itikad baik jika salah satu pihak merasa salah dan mengijinkan pihak lain untuk menanggapi konflik apabila ingin menjaga hubungan baik.
3.        Kompetisi
Kompetisi atau persaingan adalah suatu bentuk perjuangan secara damai yang terjadi apabila dua pihak berlomba untuk berebut untuk mencapai suatu tujuan yang sama. Kompetisi dapat bersifat merugikan apabila perjuangan individu atau kelompok dalam mengajar berbagai keinginan dengan cara mengorbankan pihak lain. Konflik dipandang sebagai suatu permainan untuk dimenangkan. Kemenangan, keb erhasilan, dan terpenuhinya kebutuhan menjadi tujuan persaingan, jika gagal berarti suatu kelemahan dan hilangnya status. Masing-masing pihak merasa bahwa ada yang haru menang dan kalah dalam suatu konflik. Pihak yang bersaing menggunakan strategi untuk memenangkan persaingan berupa ancaman, argumentasi, atau bujukan.
4.        Kompromi
Kompromi merupakan reaksi terhadap konflik dengan cara mencari jalan tengah yang dapat diterima oleh pihak-pihak yang terlibat. Masing-masing pihak yang mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian perselisihan. Sikap yang diperlukan untuk melaksanakan kompromi adalah salah satu pihak yang bersedia dan merasakann keadaan pihak lain.  Kedua kubu tidak ada yang menang atau yang kalah, masing-masing memeberi kelonggaran atau konsesi. Kedua pihak mendapatkan apa yang diinginkan tetapi tidak penuh, dan kehilangan tetapi tidak seluruhnya.
5.        Kolaborasi
Kolaborasi atau kerja sama adalah kesediaan untuk menerima kebutuhan pihak lain. Dalam kolaborasi ada peluang untuk memenuhi kepentingan kedua belah pihakdidalam konflik. Kerjasama/kolaborasi sangat berguna jika masing-masing pihak yang sedang berkonflik mempunyai tujuan yang berbeda dan kompromi tidak mungkin dilakukan. Cara kolaborasi memungkinkan kedua belah pihak yang terlibat konflik berkerja sama dan mencari pemecahan masalah secara tuntas dan memuaskan. Tujuan kolaborasi adalah untuk mendapatkan keinginan dari masing-masing kelompok, sehingga kedua belah pihak menang dan tidak ada yang dikalahkan. Karena itu dapat memperkuat hubungan dan menimbulkan rasa saling menghormati pada kedua belah pihak.
































BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Adanya kebutuhan individu dan saling ketergantungan antar individu dalam organisasi merupakan pemicu konflik dalam organisasi. Konflik tidak terjadi seketika, melainkan melalui tahapan-tahapan tertentu, konflik dalam organisasi tidak terjadi secara alamiah dan terjadi bukan tanpa sumber penyebab. Penyebab terjadinya konflik pada setiap organisasi sangat bervariasi tergantung pada cara individu. Dalam aktivitas organisasi, dijumpai bermacam-macam konflik yang melibatkan individu-individu maupun kelompok-kelompok, pada hakekatnya konflik terdiri atas kima bentuk :
1.         Konflik dalam diri individu
2.        Konflik antar individu
3.        Konflik antar anggota dalam satu kelompok
4.        Konflik antar kelompok
5.        Konflik antar bagian dalam organisasi.
B.       Saran
Konflik antar individu atau antar kelompok dapat menguntungkan atau merugikan bagi kelangsungan organisasi. Oleh karena itu sebagai pimpinan organisasi dituntut memiliki kemampuan tentang manajemen konflik dan memanfaatkan konflik utnuk meningkatkan kinerja dan produktivitas organisasi.










DAFTAR PUSTAKA

Wahab.(2011). Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan. Bandung. Alfabeta.
Schuster & Simon, atau Teori Organisasi : Struktur, Desain, dan Aplikasi, Terj. Udayana, Jusuf. Jakarta, 1994
Donnelly & Gibson et al, atau Organisasi : Perilaku, Struktur, Proses, Edisi 8, Terj. Adiarni, Nunuk. Jakarta : Salemba, 2008
Faules,F.,Don,&Pace,Wayne.,R.,atau Komunikasi Organisasi : Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan, Terj. Mulyana,Deddy et al.Bandung,1998

Tidak ada komentar:

Posting Komentar